Siang itu, 13 Oktober 2015 saya mendapat tugas dari
dosen saya dalam mata kuliah sosiologi-antropologi. Sekilas, tugas tersebut
terasa seru sehingga saya antusias dalam mengerjakannya.
Tugas tersebut adalah mereview beberapa film yang
disukai dan mereview salah satu film yang telah ditentukan dengan menjawab
keempat pertanyaan yang telah disampaikan di dalam kelas. Dan film yang telah
ditentukan itu berjudul “MEMENTO”
Saat mendengar nama film ini, saya merasa saya pernah
mendengar judul film ini sebelumnya. Tapi, bisa saya pastikan saya belum pernah
menonton film ini sebelumnya. Karena jujur, saya bukan termasuk orang yang
gemar menonton film.
MEMENTO merupakan salah satu judul film yang
disutradarai oleh Christoper Nolan dengan bekerja sama dengan produser Jennifer
Todd dan Suzanna Todd. Skenario cerita dari film ini dibuat langsung oleh sang
sutradara yaitu Christoper Nolan.
Rangkaian cerita yang dirangkum dalam naskah di film
ini berdasarkan cerita yang dibuat oleh adik dari sutradara film ini sendiri,
yang bernama Jonathan Nolan dalam bukunya yang diberi judul “Memento Mori”
Pemeran dalam film ini merupakan pemeran yang cukup
berbakat di bidangnya. Seperti Guy Pearce sebagai Leonard Shelby, Carrie Anne Moss sebagai Natalie, dan Joe Pantolino sebagai Teddy Gammel.
Film yang dirilis pada tahun 2000 ini telah mendapat
sekitar 78 nominasi di dalam festival-festival film dunia dan juga dari
organisasi-organisasi yang bergerak dalam bidang kritikus film, dan 45 kategori
dari 78 nominasi ini telah dimenangkan oleh film MEMENTO.
MEMENTO bukanlah salah satu film yang saya sukai
sehingga saya akan menonton film tersebut berulang kali, namun dengan menonton
film MEMENTO ini, membuat saya ingin menontonnya berkali-kali. Alasannya simple.
Karena film ini merupakan salah satu dari sekian film
yang membuat saya berpikir lebih keras dari film-film lain yang biasa saya
tonton.
Alur film ini bisa dikatakan rumit. Rumit karena
alurnya tidak ditampilkan secara linier. alur dalam film ini ditampilkan dengan
cara yang berbeda. Alur yang ditampilkan oleh sutradara dalam film ini membuat
film ini terasa anomali dibanding film-film yang ada di pasaran lainnya.
Menurut saya, alur dalam film MEMENTO merupakan alur dengan jenis semacam backwards.
Alur yang disajikan dalam film MEMENTO terlihat
berjalan dari akhir ke awal, dan setting cerita beserta dialog juga monolog
yang ditampilkan membuat film ini terasa semakin rumit untuk dipahami dan
membuat kita semakin ingin untuk menontonnya berulang kali.
Film dengan genre sejenis MEMENTO biasanya membuat
penonton ingin bertanya-tanya “Apa yang akan terjadi setelah ini?” namun
MEMENTO berusaha memberikan kesan yang berbeda, sehingga hadirnya film MEMENTO
ini menghadirkan pertanyaan yang menarik “Sebenarnya apa yang telah terjadi
sebelumnya?”
Secara keseluruhan, film ini memang membingungkan
karena penempatan tiap-tiap scene
yang ada yang memang tidak berurutan namun tetap disajikan secara episodic yang pada akhirnya
membingungkan bagi para penonton awam di awal namun tetap menghadirkan sesuatu
yang membuat penonton penasaran sehingga tetap menonton dan ingin menontonnya
sampai film berakhir.
Dalam sebuah karya seperti film, selalu ada mikrokosme
yang dihadirkan oleh para pembuat film. mikrokosme diartikan seperti sebuah miniatur
yang mewakili jalan sebuah cerita secara keseluruhan. Tujuan adanya mikrokosme
ini adalah agar penonton mampu untuk memahami jalan cerita keseluruhan film
apabila film tersebut dihadirkan secara rumit.
Dan dalam film MEMENTO ini, mikrokosme telah
dihadirkan oleh sutradara sejak film ini diputar. Artinya, mikrokosme yang ada
pada film ini telah dihadirkan sejak awal di menit-menit pertama film ini.
Refleksi dari apa yang saya maksudkan dengan
mikrokosme yang dihadirkan dari awal film ini diputar dapat dilihat dalam
adegan tokoh utama yaitu Leonard atau kerap kali disapa Lenny yang langsung
menembak Teddy. Teddy yang telah tewas tertembak dan bersimbah darah yang
kemudian diabadikan dalam sebuah foto oleh Lenny.
Yang kita lihat bahwa hasil fotonya sudah jelas, namun
secara tiba- tiba hasil fotonya kembali dan lama- kelamaan menjadi hilang.
Darah yang mengalir sangat banyak di lantai tersebut berbalik kembali ke tubuh
Teddy.
Lalu kita melihat bahwa tubuh Teddy kembali berdiri,
lalu cerita terebut berlanjut hingga pada posisi semula yaitu saat Lenny
mengacungkan pistol ke arah Teddy, detik sebelum Lenny menembak Teddy.
Adegan dalam film ini menggunakan teknik forward-rewind. dan forward-rewind yang diterapkan dalam film ini sudah cukup dan jelas
untuk mewakili film ini. Bahwa sebenarnya tidak semua alur dalm film ini
bergerak maju, atau seluruhnya bergerak mundur.
Terdapat alur maju lalu mundur, atau dapat dijelaskan
secara spesifik seperti dapat kita simbolkan dengan permisalan alur seperti
ini: a-b-c-c-b-a. Jadi sebenarnya secara tidak langsung, sang sutradara telah
memberikan sign kepada para penonton.
Saya tidak terlalu suka dengan film dengan genre
seperti ini, namun saya merasa tertarik saat menonton film ini. Alasannya,
sudah saya sebutkan secara tidak langsung di atas.
Inti cerita mengenai film ini bahwa sutradara mencoba
menyampaikan mengenai seorang pria bernama Leonard Shelby, yang sekaligus
merupakan seorang penderita Short Term
Memory Loss, oleh karena itu ia tidak dapat mengingat hal yang baru saja ia
lakukan setelah kurang lebih beberapa menit setelahnya.
Penyakit tersebut ia
dapat saat rumahnya sempat dimasuki orang tidak dikenal yang telah membunuh dan
memperkosa sang isteri. Di sisi lain, penyusup tersebut menyerang kepala Leonard
dan membuat ia pada akhirnya menderita penyakit tersebut. Kematian sang isteri
membuat Leonard bertekad untuk mencari sebenarnya siapa sang pembunuh
isterinya.
Namun adanya penyakit tersebut membuat dirinya tidak
dapat melakukan tekad itu secara mudah. Oleh karena itu untuk membantu
mengingat setiap hal, ia selalu membuat tatto tulisan yang dibuat pada
badannya, lalu ia selalu membawa kamera polaroid dengan fungsi untuk memotret
setiap hal atau orang yang ia temui agar ia dapat tetap ingat mengenai peristiwa-peristiwa
yang telah ia lewati sebelumnya.
Sisi lain yang dapat kita telaah dari film ini adalah
mengenai kostum, setting, karakter tokoh, dan juga lighting yang ada. Mungkin
ini telihat sepele, namun ketika kita memperhatikan kostum yang dipakai oleh tokoh-tokoh
dalam film ini, kita bisa memperhatikan bawa kostum yang dipakai masing-masing
dari mereka angatlah berbeda.
Dan perbedaan kostum inilah yang saya tafsirkan bahwa
terdapat perbedaan kelas diantara masing-masing dari mereka. Seperti kostum
rapih dan berkelas yang digunakan oleh Leonard dan juga ketika kita
membandingkan kostum tersebut dengan kostrum yang casual yang dikenakan oleh
Teddy, hal ini menunjukkan bahwa adanya perbedaan kelas diantara keduanya.
Dapat kita simpulkan dengan memerhatikan ini, bahwa Leonard memiliki derajat
atau kelas yang jauh lebih tinggi dari Teddy.
Lalu sisi lain yang dapat kita telaah dalam film ini
mengenai setting dari MEMENTO ini yang sudah saya bahas di awal tulisan ini.
Karena setting menjelaskan mengenai suasana yang ada dalam sebuah adegan, maka
setting dalam film ini pun harus dihadirkan dengan baik agar terkesan natural
dan seperti nyata. Maka dari itu setting tempat dalam film ini tidak terlalu
banyak dan hanya menggunakan beberapa lokasi saja.
Adegan yang berbeda dengan
lokasi yang relatif sama sengaja dibuat oleh sang sutradara untuk memberikan
kesan bahwa film ini memang terasa nyata seperti kejadian sehari-hari yang
memang relatif dilakukan dalam lokasi yang sama.
Selain itu, terdapat lighting yang mendukung sebuah
film. Dan lighting yang digunakan dalam film ini dapat dikatakan cukup banyak.
Karena setting yang digunakan dalam film ini banyak dilakukan pada indoor dan
outdoor.
Indoor dengan suasana gelap pastilah menggunakan banyak sekali
lighting, dan dengan setting outdoor yang pasti membutuhkan pencahayaan yang
tidak kalah banyak. Penggunaan lighting ini merupakan salah satu aspek unik
yang dapat ditelaah dari film ini.
Dan saya ingin memuji tokoh-tokoh dalam film ini yang
telah memainkan berbagai adegan dalam MEMENTO dengan baik sehingga terkesan
nantural dan tidak dibuat-buat. Terutama Leonard sebagai tokoh yang paling
disorot yang telah menampilkan kesan yang bagus sehingga membuat penasaran
penonton bahkan saat di awal film ini diputar.
Hal unik lain yang membuat saya tertarik dengan film
ini adalah mengenai editing yang diterapkan dalam MEMENTO ini. Film ini
menggunakan konsep editing yang bernama continuity editing dengan susunan
cerita juga adegan yang tidak beraturan dan tidak jelas permainan urutan
waktunya. Selain itu, MEMENTO juga menggunakan konsep editing classical cutting dengan memotong-motong scene-scene
tertentu yang dimaksudkan untuk menghadirkan dan menguatkan efek dramatis dalam
film MEMENTO ini.
Teknik mengambil gambar dari angle yang tepat pun membuat film ini memiliki sisi unik lain. Cara
teknik mengambil gambar tersebut menghadirkan kesan-kesan berbeda tiap adegan
yang direkam.
Sound yang dikeluarkan dari film ini yang memang bagus
menghadirkan kesan lain yang menghidupkan film ini. Sound tembakan di awal
cukup memberikan kesan yang bagus yang membuat penonton penasaran untuk
menonton lanjutan ceritanya.
Yang saya
pahami setelah saya menonton film ini, adalah sesungguhnya film ini menyuguhkan
ending film yang sebenarnya teletak
di bagian tengah film. Dan ini, bisa dikatakan sebagai salah satu seni dalam
membuat film. seni dalam memainkan ending yang menurut saya merupakan suatu hal
yang unik. Film ini juga dapat dikatakan sebagai salah satu yang fenomenal.
Hikmah yang dapat saya pahami setelah menonton film
ini adalah mengenai fakta-fakta yang selama ini ada di sekitar manusia. Sebuah
fakta atau kenyataan akan menjadi sesuatu yang aktif dan ditanyakan
kebenarannya apabila itu telah menyangkut manusia-manusia lain yang terdapat di
sekitar suatu individu. Namun fakta-fakta yang tidak merujuk pada manusia,
seperti barang mati atau sesuatu yang tidak hidup cenderung diabaikan oleh
individu.
Di samping itu, dengan menonton film ini saya memahami
bahwa sebenarnya kekurangan itu seharusnya tidak menjadikan kita ‘bukan
apa-apa’ dan tidak berguna.
Seperti salah satu masalah yang dialami tokoh utama
dalam film ini, Leonard. Meskipun ia seorang penderita Short Term Memory Loss, ia tidak terpuruk pada kekurangannya itu.
Justru sebaliknya, ia memanfaatkan barang-barang dan segala sesuatu yang ia
miliki seperti menatto tubuhnya dengan segala fakta yang berhasil ia kumpulkan,
lalu dengan memotret tiap peristiwa yang ia rasa penting untuk diabadikan dan
ia catat kronologis peristiwa tersebut dalam bentuk catatan dalam rangka
menyelesaikan tekadnya untuk mencari pelaku sebenarnya pelaku pembunuh
isterinya.
Hal lain yang dapat saya pahami setelah menonton film
ini adalah bahwa sebenarnya rasa cinta dan rasa merasa memiliki kita terhadap
sesuatu atau seseorang dapat membuat kita untuk terus berjuang agar seuatu atau
seseorang yang kita cintai tersebut tetap ada di sisi kita dan tidak merasa
tersakiti atau merasa kurang suatu apapun.
Sisi lainnya dalah bahwa sebaiknya kita selalu
bersikap waspada dan hati-hati kepada strangers
yang tidak kenal dekat dengan kita. Karena bisa jadi, strangers itu berniat tidak baik kepada kita. Maka menerapkan sikap
waspada merupakan hal yang patut setiap
individu miliki.
Dalam film ini juga saya belajar mengenai beberapa
tipe manusia yang tentunya sangat berguna bagi saya sendiri sebagai mahasiswa
psikologi. Film ini membuat saya belajar dan lebih mengerti sedikit lebih
banyak dari sebelumnya mengenai informasi seorang penderita Short
Term Memory Loss dan beberapa konflik dan konsep psikologi yang ditunjukkan
dan dihadirkan dalam film MEMENTO ini.
Setelah menonton film ini, saya dapat menyatakan bahwa
sebenarnya film MEMENTO ini merupakan film yang nyata dan logis. Mengapa saya
katakan nyata dan logis?
Karena kasus seperti yang ada dalam film ini, terdapat
pula di dunia yang kita anggap nyata ini. Saya katakan logis karena ketika awal
kita menonton film ini, kita tetap menonton film ini sampai akhir dan kita
memahami bahwa film ini terasa logis untuk kita sehingga kita menikmati dan memikirkan
setiap scene yang hadir dan setiap adegan yang ditampilkan.
Seperti yang saya katakan pada post sebelumnya, sebuah
film memanglah imajinasi dan fantasi yang dihadirkan oleh sang pembuat film
untuk merealisasikan dalam bentuk lain apa yang sutradara tersebut pikirkan.
Dan memang imajinasi dan fantasi inilah yang akan
muncul sebagai suatu yang ada di dunia ini. Karena kasus seorang penderita Short Term Memory Loss ini memang ada di dunia yang kita anggap nyata
ini dengan segala kasus-kasus di sekitarnya.
Begitulah jawaban dan ulasan saya mengenai film
MEMENTO ini. Film yang saya anggap rumit dan sedikit membingungkan namun
memiliki berbagai sisi unik di dalamnya. Film yang tak hanya menampilkan
sesuatu dari segi seninya, namun memberikan ilmu yang ada tersirat bagi saya
mahasiswa psikologi khususnya.
Film yang menggugah, memiliki banyak makna di
balik setiap kerumitannya. Film yang pada akhirnya mampu menghadirkan sebuah
imajinasi dan juga fantasi pada diri saya ketika menonton dan saat sudah menontonnya.
Di sisi lain, saya sampaikan terima kasih kepada dosen
Sosiologi-Antropologi saya, Kang Zein karena telah memberikan saya tugas
mengenai film ini. Karena akhirnya, saya mau menonton film dengan genre seperti
ini. Karena saya bukanlah penyuka film, maka ketika saya tidak diberi tugas
seperti ini, mungkin saja saya tidak akan pernah menonton film yang berbobot
seperti ini.
Terima kasih juga saya sampaikan karena sebelum mereview film
MEMENTO ini dan saya tuangkan ke dalam tulisan, saya sempat mendapatkan materi
mengenai menulis dan mengutip dengan baik di dunia perkuliahan, sehingga kali
ini saya berusaha mengerjakan tugas yang kesekian ini lebih baik lagi dan lebih
sungguh-sungguh.
Semoga setelah membaca sampai sejauh ini, pembaca
tidak merasa kecewa. Semoga apa yang saya tulis dan apa yang coba saya
sampaikan dalam tulisan ini dapat berguna dan dapat diambil esensinya.
Terakhir, ada kalimat yang diucapkan Leonard yang cukup menarik perhatian saya. Kalimat itu ialah,
"We all need mirror to remind ourselves who we are. And I'm no different."
Yap, kita selalu butuh refleksi dari segala sesuatu yang kita tampilkan. Semoga bermanfaat!