Pages

Minggu, 19 Februari 2017

REFLEKSI PSIKOLOGI BELAJAR #1


"Kontiguitas sebagai pondasi utama pembelajaran; menyatakan bahwa proses pendidikan dimulai dengan menyatakan tujuan."
-Edwin Ray Guthrie-
1886-1959

Jumat, 09 September 2016

Teruntuk kamu

Teruntuk kamu yang sedang dihadapi banyak tugas, tanggung jawab, dan juga kewajiban...
Aku ingin kamu tahu, bahwa aku bangga dan turut senang dengan perkembangan kamu.

Teruntuk kamu yang kepala dan hatinya sedang diisi oleh setumpuk pemikiran...
Aku ingin kamu tahu , selelah apapun kamu, percayalah; Lelaki yang paling ganteng dan paling bersinar adalah lelaki yang senantiasa bersyukur.

Teruntuk kamu yang sulit mengambil jeda karena ingin terus bekerja...
Aku harap kamu tetap semangat dan terus menghasilkan karya dan acara yang hebat.

Teruntuk kamu yang sedang merasa gusar dan kesepian...
Semoga diantara kalimat kalimat yang jujur tapi menggelikan ini kamu bisa memahami arti keberadaan Allah, keluarga-- juga orang orang yang kamu cintai dan mencintaimu,

Teruntuk kamu yang sedang butuh sandaran...
Semoga kamu tidak akan pernah lupa; bahwa kamu tidak akan pernah sendirian.

Kecewa sangat diperbolehkan, untuk menangis pun tidak ada larangan; tapi ingat, iringi dengan doa ya?

Tarik napas panjang, dan pikirkan;--- mengenai hak dan kewajiban.

Teruntuk kamu yang sedang diuji jiwa dan raganya...
Jangan lupa, ibadah tetap tidak boleh kamu tinggalkan.

Senin, 14 Desember 2015

Turn on your computer, wait impatiently as it connects, go online then, hmm You've Got Mail !

Sumber foto: www.gstatic.com

Ada yang pernah berkata, film merupakan salah satu media untuk mengajarkan kita banyak hal.

Ada lagi yang pernah berkata, sebuah film dapat dijadikan suatu momen untuk merefleksi diri.

We reflect.

Kita, seringkali merefleksikan segala sesuatu yang kita lihat-temukan-rasakan di film-film yang kita tonton, dan melihat hal apa saja yang mungkin bisa kita pelajari.

So here I am and here it is.

Tugas sosiologi-antropologi kali ini, membuat saya kembali merefleksi.

Judul film yang cenderung bergenre romansa ini adalah “You’ve Got Mail”

Film keluaran tahun 90an ini menceritakan mengenai dua orang perempuan dan laki-laki yang berteman dalam dunia maya dengan mail. Keduanya saling bertukar kisah, pengalaman, dan juga apa yang mereka pikirkan, namun sayangnya mereka tak saling mengenal. Lambat laun, keduanya saling jatuh cinta lewat setiap mail yang  masing-masing dari mereka kirimkan.

Tapi, bukannya  jatuh cinta pada orang yang sosok sebenarnya tidak kita ketahui siapa itu menganehkan?

Cerita selanjutnya, takdir mempertemukan mereka di dunia nyata. Sayangnya, pertemuan itu bukanlah pertemuan yang menyenangkan. Keduanya bertemu sebagai orang yang bersaing dalam bisnis penjualan buku yang akhirnya melibatkan mereka dalam sebuah situasi perang.

Dampaknya? Tentu saja mereka saling bermusuhan di dunia nyata. Lucunya, dalam momen yang sama, mereka juga saling mengagumi di dunia maya.

Ada lagi yang pernah berkata, film adalah karya yang dapat menunjukkan masanya.

Jika dilihat lebih lanjut, kita dapat memahami bahwa film dengan segala setting, alur, dan tokohnya dapat memberi kita informasi seperti apa masa lalu, lebih jelasnya seperti apa masa saat film itu dibuat.

Kembali lagi merefleksi, film lama membuat kita bercermin: bagaimana dulu, dan bagaimana sekarang.

Era tahun 90an, meski belum secanggih sekarang, internet tentu saja sudah ada dan eksis di Negara adidaya, Amerika.

Dengan menonton film ini, kita menjadi sedikit mengerti bahwa faktanya teknologi internet mampu mengubah gaya interaksi manusia, termasuk dalam hal yang sangat menyentuh dan memakai perasaan, yaitu cinta.

Banyak kejadian di dunia nyata yang bisa saya ceritakan. Seperti pada saat kita jatuh cinta pada orang-orang yang kita kenal secara nyata, yang mampu kita lihat lekuk wajahnya, kita dengar seperti apa suaranya, dan kita dapat kagum lalu tersentuh oleh berbagai perilaku yang dilakukannya.

Namun ternyata, kini kita juga bisa jatuh cinta melalui banyak kata-kata yang dituliskan seseorang. Tanpa terlebih dahulu kita mengenal siapa sosok yang menulis tulisan tersebut, seperti apa lekuk wajahnya, seperti apa perilakunya, kita juga cenderung tidak tahu jenis suaranya, lalu apakah latar belakangnya.

Inilah yang terjadi dalam berbagai adegan yang ada dalam film “You’ve Got Mail” yang coba dijelaskan oleh sutradara sebagai bentuk visualisasi hasil imajinasi masa awal internet berkembang di dunia.

Kini, dapat kita lihat apa yang terjadi di dunia setelah internet berkembang dengan pesat. Ada sekian banyak pasangan yang akhirnya menikah karena bertemu di dunia yang tak nyata, dunia maya. Saat ini, mail bukan lagi merupakan satu-satunya media komunikasi yang bisa kita gunakan di internet.

Kita kini dapat mengenal berbagai situs dan juga media sosial yang memudahkan kita dalam berbagi dan menyebarkan informasi lebih mengenai diri kita.

Terlepas dari berbagai kekurangan yang ada dalam film ini, ada hal yang saya kagumi juga dapat digaris bawahi dari film ini, yaitu mengenai fenomena interaksi yang dilakukan manusia di awal perkembangan teknologi yang merupakan hasil imajinasi di masanya, dan mampu di visualisasikan penulis naskah dalam film “You’ve Got Mail”.


Jumat, 06 November 2015

"Kita Terlahir Sebagai Dongeng" -Wanita dalam monolog.



Tugas Sosiologi-Antropologi saya kali ini bisa dibilang menarik. Mengapa menarik? Karena setelah beberapa pertemuan dan kelas saya dihadapkan dengan berbagai tugas yang beragam, kali ini dosen saya memberikan kesempatan untuk menyelesaikan tugas di pekan UTS. Sebelum menyelesaikannya, kita diberi kesempatan untuk menonton sebuah pertunjukan monolog yang berjudul “ANAK KABUT”

Katanya, menulis merupakan salah satu bentuk kita dalam merapihkan sebuah kenangan. So here I am, trying to fix all the ideas of mine and trying to finish this kind of task. Semoga apa yang saya tulis, dapat bermanfaat walau hanya sedikit.

Secara singkat, Anak Kabut mengisahkan tentang seorang wanita yang merindukan sang kekasih, yang telah tiada. Keriundan membawanya kepada suatu hal yang biasa kita sebut dengan ‘nostalgia’. Dan nostalgia selalu dikaitkan dengan kejadian masa lalu yang pernah dialami seseorang.

Ingatan tersebut selalu datang membayang di setiap malam yang ia lewati. Ingatan yang selalu mengantarkannya pada ketakutan yang berhasil membuatnya meracau dan mengigau di setiap malam seperti orang gila yang kesetanan. 

Singkatnya, dalam monolog ini dijelaskan mengenai bagaimana seorang wanita dengan susah payah bertahan dan survive menjalani hidup sementara ia sangat merindukan sosok sang kekasih sehingga ia seringkali merealisasikannya lewat puisi yang selalu berhasil membawanya pada ingatan gairah yang selama ini terpendam. 

Gairah yang sudah sangat lama tenggelam dari dalam dadanya. Dan di setiap malam itu, ia kembali teringat dengan tragedi pemerkosaan yang menimpa dirinya. Pemerkosa yang berhasil membuat dirinya terasa hancur seperti sekarang. Pemerkosa yang tak bertanggungjawab. Pemerkosa, yang selama ini ia anggap sebagai pihak penguasa yang tak tahu diri. 

Dalam perjalanannya, ia juga selalu mempertanyakan mengenai tragedi saat reformasi berlangsung yang membuat sang kekasih meninggal dunia dengan alasan tertembak atau terbakar,katanya. Dan semua hal itu hanya ramai diperbincangkan di koran sedangkan pelakunya masih bisa bebas berkeliaran di luar sana.

Ia juga mempersoalkan mengenai permasalahan dalam negeri bahwa para koruptor bisa mengajukan diri sebagai wali kota, bupati, gubernur bahkan presiden tanpa ada perbincangan lebih lanjut yang jelas.

Menurut saya, apa yang coba disampaikan dalam monolog ini salah satunya adalah mengenai kritik sosial terhadap negeri kita, Indonesia.

Dilihat dalam aspek teosentrisme, monolog ini menampilkan sisi dimana sebenarnya, manusia merupakan hasil ciptaan Tuhan sepenuhnya sehingga manusia tersebut dipengaruhi oleh Tuhan dan ketakutan dalam dirinya. 

Dalam monolog ini juga diceritakan bahwa sang wanita tetap saja mempertanyakan segala hal yang telah terjadi terhadapnya di masa lampau kepada Tuhan dan 
mencoba meminta penjelasan dan jalan keluar.

Di sisi lain, dengan menonton monolog ini,kita dapat memahami bahwa manusia tidaklah sepenuhnya bebas. Karena ia terikat dengan berbagai keburukan yang akan harus ia bayar nanti kepada Tuhan suatu hari di hari pembalasan.

Jika kita mencoba mengkaji dari sudut pandang biologisme, kita dapat memahami bahwa dalam monolog ini, manusia sebenarnya diberi kesempatan untuk belajar dalam waktu yang relatif lama. Belajar disini berarti memahami segala sesuatunya secara detail, yang baik dan yang buruk. 

Penulis naskah dalam monolog mencoba memberikan pesan kepada penonton lewat kisah sang wanita. Wanita ini mengalami kisah masa lalu yang tragis dan ia mencoba bertahan menjalani hidup dengan memahami kebaikan dan keburukan terebut. Dengan hal seperti itu, manusia mampu mengusahakan dan melakukan hal-hal baru. 

Pemahaman ini yang menjadikan sang wanita bermain di nostalgia masa lalu dan kenyataan masa kini yang mengantarkan dia dalam bermain ruang dan waktu. Hal ini tentu sangat terefleksi dengan salah satu aspek dalm sebuah sudut pandang.

Dalam kajian antroposentrime, kita dapat memahami bahwa dalam monolog anak kabut, manusia merupakan penentu dari tindakan-tindakan yang ia lakukan dan manusia bertanggungjawab atas dirinya. Hal inilah yang direfleksikan oleh sutradara ke dalam lakon yang diperankan sang wanita dalam monolog anak kabut ini.

Kajian sudut pandang terakhir, bahwa dalm sosiologisme pun kita dapat mengambil nilai-nilai yang ada dalam monolog anak kabut ini. Bahwa sebenarnya manusia pada dasarnya adalah produk hidup bermasyarakat. Jadi masyarakat dan lingkungan yang pada akhirnya akan membentuk sebuah individu. Seperti yang dapat kita pahami dalam kisah anak kabut monolog ini. 

Apa yang terjadi pada sang wanita sekarang, merupakan hasil dari apa yang dahulu ia pernah rasakan dan ia lalui dalam kehidupan bermasyarakat.

...



Hal lain yang dapat kita pahami dalam monolog ini juga adalah mengenai tatto yang dari jaman ke jaman memiliki perbedaan fungsi. Lalu, kenyataan mengenai bahwa wanita merupakan makhluk yang takut terlihat tua, sehingga ia dapat melakukan apapun untuk membuat dirinya terlihat lebih cantik dan muda.

Terlepas dari aspek sedikit ‘vulgar’ yang dapat kita pahami ketika menonton monolog ini, menurut saya monolog Anak Kabut ini merupakan bentuk dari hasil ide brilian manusia yang dikemas dalam sebuah tampilan yang elegan. Dan hal yang perlu kita garis bawahi adalah, bahwa masa lalu itu tidak akan pernah hilang, selanjutnya kita punya 2 pilihan. Untuk terus terjebak dalam masa itu, atau memilih berpindah?


Minggu, 18 Oktober 2015

Leonard doesn't want the truth, He just makes up his own truth, ya?

Siang itu, 13 Oktober 2015 saya mendapat tugas dari dosen saya dalam mata kuliah sosiologi-antropologi. Sekilas, tugas tersebut terasa seru sehingga saya antusias dalam mengerjakannya.

Tugas tersebut adalah mereview beberapa film yang disukai dan mereview salah satu film yang telah ditentukan dengan menjawab keempat pertanyaan yang telah disampaikan di dalam kelas. Dan film yang telah ditentukan itu berjudul “MEMENTO”

Saat mendengar nama film ini, saya merasa saya pernah mendengar judul film ini sebelumnya. Tapi, bisa saya pastikan saya belum pernah menonton film ini sebelumnya. Karena jujur, saya bukan termasuk orang yang gemar menonton film.

MEMENTO merupakan salah satu judul film yang disutradarai oleh Christoper Nolan dengan bekerja sama dengan produser Jennifer Todd dan Suzanna Todd. Skenario cerita dari film ini dibuat langsung oleh sang sutradara yaitu Christoper Nolan. 

Rangkaian cerita yang dirangkum dalam naskah di film ini berdasarkan cerita yang dibuat oleh adik dari sutradara film ini sendiri, yang bernama Jonathan Nolan dalam bukunya yang diberi judul “Memento Mori”

Pemeran dalam film ini merupakan pemeran yang cukup berbakat di bidangnya. Seperti Guy Pearce sebagai Leonard Shelby, Carrie Anne Moss sebagai Natalie, dan Joe Pantolino sebagai Teddy Gammel.

Film yang dirilis pada tahun 2000 ini telah mendapat sekitar 78 nominasi di dalam festival-festival film dunia dan juga dari organisasi-organisasi yang bergerak dalam bidang kritikus film, dan 45 kategori dari 78 nominasi ini telah dimenangkan oleh film MEMENTO.

MEMENTO bukanlah salah satu film yang saya sukai sehingga saya akan menonton film tersebut berulang kali, namun dengan menonton film MEMENTO ini, membuat saya ingin menontonnya berkali-kali. Alasannya simple.

Karena film ini merupakan salah satu dari sekian film yang membuat saya berpikir lebih keras dari film-film lain yang biasa saya tonton.

Alur film ini bisa dikatakan rumit. Rumit karena alurnya tidak ditampilkan secara linier. alur dalam film ini ditampilkan dengan cara yang berbeda. Alur yang ditampilkan oleh sutradara dalam film ini membuat film ini terasa anomali dibanding film-film yang ada di pasaran lainnya. Menurut saya, alur dalam film MEMENTO merupakan alur dengan jenis semacam backwards.

Alur yang disajikan dalam film MEMENTO terlihat berjalan dari akhir ke awal, dan setting cerita beserta dialog juga monolog yang ditampilkan membuat film ini terasa semakin rumit untuk dipahami dan membuat kita semakin ingin untuk menontonnya berulang kali.

Film dengan genre sejenis MEMENTO biasanya membuat penonton ingin bertanya-tanya “Apa yang akan terjadi setelah ini?” namun MEMENTO berusaha memberikan kesan yang berbeda, sehingga hadirnya film MEMENTO ini menghadirkan pertanyaan yang menarik “Sebenarnya apa yang telah terjadi sebelumnya?”

Secara keseluruhan, film ini memang membingungkan karena penempatan tiap-tiap scene yang ada yang memang tidak berurutan namun tetap disajikan secara episodic yang pada akhirnya membingungkan bagi para penonton awam di awal namun tetap menghadirkan sesuatu yang membuat penonton penasaran sehingga tetap menonton dan ingin menontonnya sampai film berakhir.

Dalam sebuah karya seperti film, selalu ada mikrokosme yang dihadirkan oleh para pembuat film. mikrokosme diartikan seperti sebuah miniatur yang mewakili jalan sebuah cerita secara keseluruhan. Tujuan adanya mikrokosme ini adalah agar penonton mampu untuk memahami jalan cerita keseluruhan film apabila film tersebut dihadirkan secara rumit. 

Dan dalam film MEMENTO ini, mikrokosme telah dihadirkan oleh sutradara sejak film ini diputar. Artinya, mikrokosme yang ada pada film ini telah dihadirkan sejak awal di menit-menit pertama film ini. 

Refleksi dari apa yang saya maksudkan dengan mikrokosme yang dihadirkan dari awal film ini diputar dapat dilihat dalam adegan tokoh utama yaitu Leonard atau kerap kali disapa Lenny yang langsung menembak Teddy. Teddy yang telah tewas tertembak dan bersimbah darah yang kemudian diabadikan dalam sebuah foto oleh Lenny. 

Yang kita lihat bahwa hasil fotonya sudah jelas, namun secara tiba- tiba hasil fotonya kembali dan lama- kelamaan menjadi hilang. Darah yang mengalir sangat banyak di lantai tersebut berbalik kembali ke tubuh Teddy.

Lalu kita melihat bahwa tubuh Teddy kembali berdiri, lalu cerita terebut berlanjut hingga pada posisi semula yaitu saat Lenny mengacungkan pistol ke arah Teddy, detik sebelum Lenny menembak Teddy.

Adegan dalam film ini menggunakan teknik forward-rewind. dan forward-rewind yang diterapkan dalam film ini sudah cukup dan jelas untuk mewakili film ini. Bahwa sebenarnya tidak semua alur dalm film ini bergerak maju, atau seluruhnya bergerak mundur. 

Terdapat alur maju lalu mundur, atau dapat dijelaskan secara spesifik seperti dapat kita simbolkan dengan permisalan alur seperti ini: a-b-c-c-b-a. Jadi sebenarnya secara tidak langsung, sang sutradara telah memberikan sign kepada para penonton.

Saya tidak terlalu suka dengan film dengan genre seperti ini, namun saya merasa tertarik saat menonton film ini. Alasannya, sudah saya sebutkan secara tidak langsung di atas.

Inti cerita mengenai film ini bahwa sutradara mencoba menyampaikan mengenai seorang pria bernama Leonard Shelby, yang sekaligus merupakan seorang penderita Short Term Memory Loss, oleh karena itu ia tidak dapat mengingat hal yang baru saja ia lakukan setelah kurang lebih beberapa menit setelahnya. 

Penyakit tersebut ia dapat saat rumahnya sempat dimasuki orang tidak dikenal yang telah membunuh dan memperkosa sang isteri. Di sisi lain, penyusup tersebut menyerang kepala Leonard dan membuat ia pada akhirnya menderita penyakit tersebut. Kematian sang isteri membuat Leonard bertekad untuk mencari sebenarnya siapa sang pembunuh isterinya.

Namun adanya penyakit tersebut membuat dirinya tidak dapat melakukan tekad itu secara mudah. Oleh karena itu untuk membantu mengingat setiap hal, ia selalu membuat tatto tulisan yang dibuat pada badannya, lalu ia selalu membawa kamera polaroid dengan fungsi untuk memotret setiap hal atau orang yang ia temui agar ia dapat tetap ingat mengenai peristiwa-peristiwa yang telah ia lewati sebelumnya.

Sisi lain yang dapat kita telaah dari film ini adalah mengenai kostum, setting, karakter tokoh, dan juga lighting yang ada. Mungkin ini telihat sepele, namun ketika kita memperhatikan kostum yang dipakai oleh tokoh-tokoh dalam film ini, kita bisa memperhatikan bawa kostum yang dipakai masing-masing dari mereka angatlah berbeda.

Dan perbedaan kostum inilah yang saya tafsirkan bahwa terdapat perbedaan kelas diantara masing-masing dari mereka. Seperti kostum rapih dan berkelas yang digunakan oleh Leonard dan juga ketika kita membandingkan kostum tersebut dengan kostrum yang casual yang dikenakan oleh Teddy, hal ini menunjukkan bahwa adanya perbedaan kelas diantara keduanya. Dapat kita simpulkan dengan memerhatikan ini, bahwa Leonard memiliki derajat atau kelas yang jauh lebih tinggi dari Teddy.

Lalu sisi lain yang dapat kita telaah dalam film ini mengenai setting dari MEMENTO ini yang sudah saya bahas di awal tulisan ini. Karena setting menjelaskan mengenai suasana yang ada dalam sebuah adegan, maka setting dalam film ini pun harus dihadirkan dengan baik agar terkesan natural dan seperti nyata. Maka dari itu setting tempat dalam film ini tidak terlalu banyak dan hanya menggunakan beberapa lokasi saja. 

Adegan yang berbeda dengan lokasi yang relatif sama sengaja dibuat oleh sang sutradara untuk memberikan kesan bahwa film ini memang terasa nyata seperti kejadian sehari-hari yang memang relatif dilakukan dalam lokasi yang sama.

Selain itu, terdapat lighting yang mendukung sebuah film. Dan lighting yang digunakan dalam film ini dapat dikatakan cukup banyak. Karena setting yang digunakan dalam film ini banyak dilakukan pada indoor dan outdoor. 

Indoor dengan suasana gelap pastilah menggunakan banyak sekali lighting, dan dengan setting outdoor yang pasti membutuhkan pencahayaan yang tidak kalah banyak. Penggunaan lighting ini merupakan salah satu aspek unik yang dapat ditelaah dari film ini.

Dan saya ingin memuji tokoh-tokoh dalam film ini yang telah memainkan berbagai adegan dalam MEMENTO dengan baik sehingga terkesan nantural dan tidak dibuat-buat. Terutama Leonard sebagai tokoh yang paling disorot yang telah menampilkan kesan yang bagus sehingga membuat penasaran penonton bahkan saat di awal film ini diputar.

Hal unik lain yang membuat saya tertarik dengan film ini adalah mengenai editing yang diterapkan dalam MEMENTO ini. Film ini menggunakan konsep editing yang bernama continuity editing dengan susunan cerita juga adegan yang tidak beraturan dan tidak jelas permainan urutan waktunya. Selain itu, MEMENTO juga menggunakan konsep editing classical cutting dengan memotong-motong scene-scene tertentu yang dimaksudkan untuk menghadirkan dan menguatkan efek dramatis dalam film MEMENTO ini.

Teknik mengambil gambar dari angle yang tepat pun membuat film ini memiliki sisi unik lain. Cara teknik mengambil gambar tersebut menghadirkan kesan-kesan berbeda tiap adegan yang direkam.

Sound yang dikeluarkan dari film ini yang memang bagus menghadirkan kesan lain yang menghidupkan film ini. Sound tembakan di awal cukup memberikan kesan yang bagus yang membuat penonton penasaran untuk menonton lanjutan ceritanya.

Yang saya pahami setelah saya menonton film ini, adalah sesungguhnya film ini menyuguhkan ending film yang sebenarnya teletak di bagian tengah film. Dan ini, bisa dikatakan sebagai salah satu seni dalam membuat film. seni dalam memainkan ending yang menurut saya merupakan suatu hal yang unik. Film ini juga dapat dikatakan sebagai salah satu yang fenomenal.

Hikmah yang dapat saya pahami setelah menonton film ini adalah mengenai fakta-fakta yang selama ini ada di sekitar manusia. Sebuah fakta atau kenyataan akan menjadi sesuatu yang aktif dan ditanyakan kebenarannya apabila itu telah menyangkut manusia-manusia lain yang terdapat di sekitar suatu individu. Namun fakta-fakta yang tidak merujuk pada manusia, seperti barang mati atau sesuatu yang tidak hidup cenderung diabaikan oleh individu.

Di samping itu, dengan menonton film ini saya memahami bahwa sebenarnya kekurangan itu seharusnya tidak menjadikan kita ‘bukan apa-apa’ dan tidak berguna.

Seperti salah satu masalah yang dialami tokoh utama dalam film ini, Leonard. Meskipun ia seorang penderita Short Term Memory Loss, ia tidak terpuruk pada kekurangannya itu. Justru sebaliknya, ia memanfaatkan barang-barang dan segala sesuatu yang ia miliki seperti menatto tubuhnya dengan segala fakta yang berhasil ia kumpulkan, lalu dengan memotret tiap peristiwa yang ia rasa penting untuk diabadikan dan ia catat kronologis peristiwa tersebut dalam bentuk catatan dalam rangka menyelesaikan tekadnya untuk mencari pelaku sebenarnya pelaku pembunuh isterinya.

Hal lain yang dapat saya pahami setelah menonton film ini adalah bahwa sebenarnya rasa cinta dan rasa merasa memiliki kita terhadap sesuatu atau seseorang dapat membuat kita untuk terus berjuang agar seuatu atau seseorang yang kita cintai tersebut tetap ada di sisi kita dan tidak merasa tersakiti atau merasa kurang suatu apapun.

Sisi lainnya dalah bahwa sebaiknya kita selalu bersikap waspada dan hati-hati kepada strangers yang tidak kenal dekat dengan kita. Karena bisa jadi, strangers itu berniat tidak baik kepada kita. Maka menerapkan sikap waspada merupakan hal  yang patut setiap individu miliki.

Dalam film ini juga saya belajar mengenai beberapa tipe manusia yang tentunya sangat berguna bagi saya sendiri sebagai mahasiswa psikologi. Film ini membuat saya belajar dan lebih mengerti sedikit lebih banyak dari sebelumnya mengenai informasi seorang penderita  Short Term Memory Loss dan beberapa konflik dan konsep psikologi yang ditunjukkan dan dihadirkan dalam film MEMENTO ini.

Setelah menonton film ini, saya dapat menyatakan bahwa sebenarnya film MEMENTO ini merupakan film yang nyata dan logis. Mengapa saya katakan nyata dan logis?

Karena kasus seperti yang ada dalam film ini, terdapat pula di dunia yang kita anggap nyata ini. Saya katakan logis karena ketika awal kita menonton film ini, kita tetap menonton film ini sampai akhir dan kita memahami bahwa film ini terasa logis untuk kita sehingga kita menikmati dan memikirkan setiap scene yang hadir dan setiap adegan yang ditampilkan.

Seperti yang saya katakan pada post sebelumnya, sebuah film memanglah imajinasi dan fantasi yang dihadirkan oleh sang pembuat film untuk merealisasikan dalam bentuk lain apa yang sutradara tersebut pikirkan.

Dan memang imajinasi dan fantasi inilah yang akan muncul sebagai suatu yang ada di dunia ini. Karena kasus seorang penderita Short Term Memory Loss  ini memang ada di dunia yang kita anggap nyata ini dengan segala kasus-kasus di sekitarnya.

Begitulah jawaban dan ulasan saya mengenai film MEMENTO ini. Film yang saya anggap rumit dan sedikit membingungkan namun memiliki berbagai sisi unik di dalamnya. Film yang tak hanya menampilkan sesuatu dari segi seninya, namun memberikan ilmu yang ada tersirat bagi saya mahasiswa psikologi khususnya. 

Film yang menggugah, memiliki banyak makna di balik setiap kerumitannya. Film yang pada akhirnya mampu menghadirkan sebuah imajinasi dan juga fantasi pada diri saya ketika menonton dan saat sudah menontonnya.

Di sisi lain, saya sampaikan terima kasih kepada dosen Sosiologi-Antropologi saya, Kang Zein karena telah memberikan saya tugas mengenai film ini. Karena akhirnya, saya mau menonton film dengan genre seperti ini. Karena saya bukanlah penyuka film, maka ketika saya tidak diberi tugas seperti ini, mungkin saja saya tidak akan pernah menonton film yang berbobot seperti ini. 

Terima kasih juga saya sampaikan karena sebelum mereview film MEMENTO ini dan saya tuangkan ke dalam tulisan, saya sempat mendapatkan materi mengenai menulis dan mengutip dengan baik di dunia perkuliahan, sehingga kali ini saya berusaha mengerjakan tugas yang kesekian ini lebih baik lagi dan lebih sungguh-sungguh.

Semoga setelah membaca sampai sejauh ini, pembaca tidak merasa kecewa. Semoga apa yang saya tulis dan apa yang coba saya sampaikan dalam tulisan ini dapat berguna dan dapat diambil esensinya.

Terakhir, ada kalimat yang diucapkan Leonard yang cukup menarik perhatian saya. Kalimat itu ialah,
"We all need mirror to remind ourselves who we are. And I'm no different."

Yap, kita selalu butuh refleksi dari segala sesuatu yang kita tampilkan. Semoga bermanfaat!