Sumber foto: www.gstatic.com
Ada
lagi yang pernah berkata, sebuah film dapat dijadikan suatu momen untuk
merefleksi diri.
We reflect.
Kita,
seringkali merefleksikan segala sesuatu yang kita lihat-temukan-rasakan di
film-film yang kita tonton, dan melihat hal apa saja yang mungkin bisa kita
pelajari.
So here I am and here it is.
Tugas
sosiologi-antropologi kali ini, membuat saya kembali merefleksi.
Judul
film yang cenderung bergenre romansa ini adalah “You’ve Got Mail”
Film
keluaran tahun 90an ini menceritakan mengenai dua orang perempuan dan laki-laki
yang berteman dalam dunia maya dengan mail.
Keduanya saling bertukar kisah, pengalaman, dan juga apa yang mereka pikirkan,
namun sayangnya mereka tak saling mengenal. Lambat laun, keduanya saling jatuh
cinta lewat setiap mail yang masing-masing
dari mereka kirimkan.
Tapi,
bukannya jatuh cinta pada orang yang
sosok sebenarnya tidak kita ketahui siapa itu menganehkan?
Cerita
selanjutnya, takdir mempertemukan mereka di dunia nyata. Sayangnya, pertemuan
itu bukanlah pertemuan yang menyenangkan. Keduanya bertemu sebagai orang yang
bersaing dalam bisnis penjualan buku yang akhirnya melibatkan mereka dalam
sebuah situasi perang.
Dampaknya?
Tentu saja mereka saling bermusuhan di dunia nyata. Lucunya, dalam momen yang
sama, mereka juga saling mengagumi di dunia maya.
Ada
lagi yang pernah berkata, film adalah karya yang dapat menunjukkan masanya.
Jika
dilihat lebih lanjut, kita dapat memahami bahwa film dengan segala setting,
alur, dan tokohnya dapat memberi kita informasi seperti apa masa lalu, lebih
jelasnya seperti apa masa saat film itu dibuat.
Kembali
lagi merefleksi, film lama membuat kita bercermin: bagaimana dulu, dan
bagaimana sekarang.
Era
tahun 90an, meski belum secanggih sekarang, internet tentu saja sudah ada dan
eksis di Negara adidaya, Amerika.
Dengan
menonton film ini, kita menjadi sedikit mengerti bahwa faktanya teknologi
internet mampu mengubah gaya interaksi manusia, termasuk dalam hal yang sangat
menyentuh dan memakai perasaan, yaitu cinta.
Banyak
kejadian di dunia nyata yang bisa saya ceritakan. Seperti pada saat kita jatuh
cinta pada orang-orang yang kita kenal secara nyata, yang mampu kita lihat
lekuk wajahnya, kita dengar seperti apa suaranya, dan kita dapat kagum lalu
tersentuh oleh berbagai perilaku yang dilakukannya.
Namun
ternyata, kini kita juga bisa jatuh cinta melalui banyak kata-kata yang
dituliskan seseorang. Tanpa terlebih dahulu kita mengenal siapa sosok yang menulis
tulisan tersebut, seperti apa lekuk wajahnya, seperti apa perilakunya, kita
juga cenderung tidak tahu jenis suaranya, lalu apakah latar belakangnya.
Inilah
yang terjadi dalam berbagai adegan yang ada dalam film “You’ve Got Mail” yang coba dijelaskan oleh sutradara sebagai
bentuk visualisasi hasil imajinasi masa awal internet berkembang di dunia.
Kini,
dapat kita lihat apa yang terjadi di dunia setelah internet berkembang dengan
pesat. Ada sekian banyak pasangan yang akhirnya menikah karena bertemu di dunia
yang tak nyata, dunia maya. Saat ini, mail bukan lagi merupakan satu-satunya
media komunikasi yang bisa kita gunakan di internet.
Kita
kini dapat mengenal berbagai situs dan juga media sosial yang memudahkan kita
dalam berbagi dan menyebarkan informasi lebih mengenai diri kita.
Terlepas
dari berbagai kekurangan yang ada dalam film ini, ada hal yang saya kagumi juga
dapat digaris bawahi dari film ini, yaitu mengenai fenomena interaksi yang
dilakukan manusia di awal perkembangan teknologi yang merupakan hasil imajinasi
di masanya, dan mampu di visualisasikan penulis naskah dalam film “You’ve Got Mail”.